Ada Polip Endometrium

Setelah diketahui terdapat polip endometrium, aku masih bersikap santai karena kata dokter belum akan ada tindakan karena masih dalam observasi selama 3 bulan. Namun seminggu setelah pemeriksaan itu, tepatnya tanggal 14 Agustus 2020, aku mengalami pendarahan lagi setelah sehari sebelumnya berhubungan. Pikirku mungkin hanya sehari saja, jadi aku tidak ke dokter.

Ada Polip Endometrium
(source: freepik.com)


Keesokan harinya ternyata masih mengalami pendarahan disertai dengan kram perut, seperti halnya orang sedang menstruasi. Bedanya kalau ini terlihat darahnya berwarna cerah, seperti darah segar. Sampai siang, perut masih tidak enak dan baru memutuskan untuk ke dokter. Tapi sayangnya, hari itu (Sabtu) dr. Bambang di RS Harapan Bunda hanya praktek pagi dan tidak ada praktek minggu.


Karena merasa kram dan semakin lemas, akhirnya memutuskan Minggu pagi ke dokter di RS Bunda Margonda. Aku dan suami datang pagi untuk daftar konsultasi. Sebenarnya pagi itu ada dokter obsgyn yang praktek, tapi baca review beberapa orang kurang puas dokter tersebut. Jadi aku memutuskan untuk konsul ke dr. Selly Septina. Kebetulan jadwalnya berubah jadi jam 1 siang, jadi kami pulang dulu ke rumah.


Tiba waktunya konsultasi, hanya aku sendiri yang diizinkan masuk jadi suami menunggu di luar. Berbeda dengan di RS Harapan Bunda, mungkin untuk mentaati protokol kesehatan juga dikarenakan ruang konsultasi lebih kecil dan tertutup. Setelah aku jelaskan keluhanku, dokter menyuruhku untuk berbaring di meja ginekologi kemudian memeriksa dengan menggunakan speculum. Berbeda dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya, kali ini tidak terasa sakit sama sekali. Saat diperiksa bagian dalamnya, ada area yang sakit entah itu ditekan atau disentuh.


Akhirnya dokter menyuruhku ke tempat tidur untuk dilakukan USG transvaginal. Hasilnya sama dokter bilang ada polip di endometrium.


dr. Selly menyarankan untuk segera melakukan tindakan karena seringnya pendarahan. Akhirnya aku dijadwalkan untuk tindakan Jumat, 21 Agustus 2020. Sebelum tindakan, ada beberapa tes laboratorium yang harus aku lakukan, termasuk PCR atau swab test yang dilakukan esok hari (17 Agustus 2020).


Untuk pemeriksaan kali ini sudah habis Rp 1.264.519,-. Kemudian kami ke bagian informasi untuk menanyakan estimasi biaya lainnya. Dari informasi yang kami dapat,

  • Biaya PCR/ swab test Rp 2.000.000,-
  • Tes lab darah dan urin Rp 990.000,-
  • Biaya tindakan sekitar Rp 9.040.080,- (Di luar biaya kamar dan lainnya)


Aku dan suami sejujurnya bingung karena kami tidak menyangka akan sebesar itu biayanya. Akhirnya aku mengabari kakak dan ibuku sekaligus untuk meminta saran, tapi ujung-ujungnya kembali terserah padaku.


Setelah berdiskusi dengan suami, akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan di RS Bunda. Keesokan harinya, aku ambil darah, urin, dan swab test. Total untuk biaya tes lab adalah Rp 2.748.000,-


Hasil tes darah dan urin bisa ditunggu tapi untuk hasil PCR akan dikabarkan jika sudah selesai, sekitar 2-3 hari. Di luar dugaan, malam harinya hasil PCR sudah selesai. Setelah semua hasil tes lengkap, aku dijadwalkan bertemu dengan dokter anastesi. 


Esok harinya, suamiku tiba-tiba menyuruhku menghubungi RS Moh Ridwan Meuraksa. Dia disarankan oleh ibunya untuk coba di sana. Aku sempat kesal karena sudah menjalankan tes darah dan PCR yang biayanya cukup mahal. Tapi ternyata dia sudah mencari tahu terlebih dahulu kalau biaya di RS Moh Ridwan Meuraksa jauh lebih terjangkau. Ya jelas sih perbedaannya karena itu rumah sakit militer.


Setelah mencari informasi lebih lanjut, akhirnya kami memutuskan untuk coba konsultasi serta ingin menanyakan apa bisa segera melakukan tindakan dengan menggunakan hasil tes dari RS Bunda. Tanggal 19 Agustus 2020, kami ke RS Moh Ridwan Meuraksa dan konsultasi ke dr. Mathius Simuruk Gasong.


Kami datang sekitar pukul 7 pagi untuk pendaftaran tapi ternyata dokternya baru ada pukul 10. Lama kami menunggu karena dokternya juga ada tindakan dahulu. Kami baru masuk ruang konsultasi sekitar pukul 11.30.


Ku ceritakan keluhanku sembari menunjukkan hasil USG dan tes lab kemudian dr. Mathius menyuruhku tiduran untuk di USG lagi. USG lewat perut tidak terlihat apa-apa, setelahnya ku di USG transvaginal baru kelihatan ada polip namun menurut beliau sangat kecil.


Kami bertanya apa bisa segera tindakan, beliau bilang karena hasil lab dan PCR sudah ada paling cepat hari Senin, 24 Agustus 2020 karena Kamis libur dan Jumat cuti bersama. Ya begitulah rumah sakit rasa PNS.


Akhirnya kami memutuskan untuk tindakan di RS Moh Ridwan Meuraksa. Oiya, aku juga harus rontgen thorax dulu. Keseluruhan biaya konsul, USG dan rontgen adalah Rp 540.000,-


Woww sangat beda jauh ya. Ya walaupun pelayanan dan fasilitasnya juga beda jauh, tapi ku berharap semoga penanganan dokternya tetap prima. Mohon doanya ya semoga operasinya berjalan lancar dan pemulihannya cepat. Stay healthy guys!


4 comments:

  1. Syafakillah fanda. Insyaallah cepat diangkat sakitnya dan makin bahagia sama keluarga kecilnya. Aamiin

    ReplyDelete
  2. Halo mba semoga sehat selalu, maaf mau tanya bagaimana pengalaman mbak konsultasi dengan dr mathius? Karna saya sedang mencari review terima kasih

    ReplyDelete
  3. Hi Mba, maaf baru sempat dibaca. Kalau waktu itu karena aku cuma sekali konsul jadi ngga bisa kasih review terlalu lengkap. Tp waktu itu beliau cukup jelas utk penjelasannya sih.

    ReplyDelete